Senin, 19 April 2010

RENUNGAN UNTUK AYAH

Ya seorang lelaki paruh baya, yang senantiasa bekerja siang malam, tanpa mengenal lelah yang mengesampingkan rasa kantuk, rasa sakit demi memperjuangkan harapan-harapannya menjadikan putra-putrinya menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah dan berhasil dalam pendidikan dan kariernya…

Seorang lelaki yang berjuang bersama wanita bernama ibu membesarkan putra-putrinya, membelajarkan anak-anaknya untuk lebih dekat kepada Allah seperti halnya yang dilakukan Lukman kepada anaknya yang berpesan kepada anaknya untuk tidak menduakan Allah. Sahabat pernahkah kau perhatikan wajah tuanya yang penuh kerutan di dahinya, yang coba meredam rasa lelah, rasa marah yang dibalut dengan senyum manis agar tidak membuat anaknya khawatir dan sedih.

Wajah yang penuh keikhlasan, senantiasa menampakkan keceriaan agar anaknya tidak terbebani kala akan berangkat berjuang di luar kota. Lelaki tua yang senantiasa terbangun di sepertiga malam untuk mendoakan anak-anaknya yang nun jauh disana, yang senantiasa khawatir kala tidak ada kabar datang. Yang senantiasa memikirkan bagaimana keadaan anak-anaknya, namun terkadang kita tidak pernah ingat akan beliau.

Kita seringnya sibuk dengan aktifitas sendiri, sibuk dengan urusan si doi ketimbang ingat ayah yang jauh di kampung halaman. Terkadang kita malu ketika ayah datang menyambangi ke kostan hanya karena gaya berpakaian yang kita anggap norak, padahal beliau sudah mempersiapkan pakaian terbaiknya demi bertemu dengan anaknya, dengan membawa buah tangan hasil dari panen di kampung.

Sahabat…coba kita bayangkan sejenak wajah lusu seorang ayah saat ini..pernahkah kita menangkap gurat kelelahan, gurat kerisauan?? Sayangnya kadang tidak…Sahabat seringkah kita mendoakan beliau…atau kita malah sering melupakan beliau??

Sudahkah kau memeluknya penuh kasih dan merasakan degupan jantungnya di dadamu…mari sahabat kita muliakan ayah kita, kita muliakan ibu kita, kita muliakan keduanya dengan sayang cinta yang tulus…

Ya Allah sayangilah ayahku yang sudah mengajarkan kepadaku agar lebih mengenalmu..

dengan peluh keringatlah aku kini bisa berdiri tegak, dan khusyu beribadah kepada-Mu

Ya Allah gantilah peluh keringat dan kelelahannya dengan ketenangan dalam hatinya..

Sayangilah dia sebagaimana dia menyayangiku di kala kecil…

Berilah rezeki yang berkah, kala diri ini masih dibiayai olehnya

Lindungilah ayah kala susah, hiburlah ayah kala sedih…

Berilah tempat kembali yang agung disisiMu…

RENUNGAN DIKALA GELAP MALAM DATANG

Tak ada yang bisa menyangkal, bahwa tidak ada seorang pun yang steril dari yang namanya cinta. Meski ia telah setingkat da'i atau da'iyah. Bila sudah dirajut oleh perasaan cinta, maka tak ada yang bisa mencegah datangnya virus itu, seperti senandung puisi berikut:

Cinta... menembus ruang dan batas
Menggelora, meradang dan mematikan
Kala cinta merasuk sukma
Membekukan akal, mengempas rasa
Jika tidak karena-Nya
Ke mana kan dibawa lari sekeping hati pecinta?

Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Kata cinta sendiri sebenaranya memiliki makna yang luas dan para pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit.

Cinta, sesuatu yang telah Allah tanamkan fitrahnya pada setiap jiwa. Tapi alangkah hinanya bagi pecinta yang terbelenggu oleh cintanya.
Mencintai itu adalah kewajaran. Apalagi bagi seorang wanita yang telah memasuki usia dewasa, di mana kebutuhan kasih sayang dan penjagaan dari seorang lelaki sudah sangat dirindukannya.

Tapi ingat, jangan engkau tanggalkan kehormatanmu dengan mengumbarnya di antara manusia. Dengan cara apa pun, dengan dalih apa pun, dengan susunan kata semanis apa pun, sekuat apa pun dorongannya jangan engkau tertipu oleh rayuan iblis. Betapa senangnya iblis bila manusia telah terkena panahnya. Panah yang akan membuat manusia mabuk cinta dan menjadikan halal segala cara untuk mendapatkannya.

Maka jadilah sms merah jambu, surat-surat cinta, dan lainnya yang padahal bisa jadi iblis telah mengemasnya menjadi kemasan yang akan mengundang kemurkaan Allah.

Bersabarlah di saat malam gelap gulita membekap. Bersabarlah di antara sujud panjangmu, di antara harap dan do'amu kepada Allah dengan kedatangan pangeran yang akan menjemputmu. Bersabarlah terus di antara dua lelehan air matamu karena berharap yang terbaik dari-Nya.

Sungguh itu lebih baik bagimu dan yang lebih Allah ridhoi daripada selainnya. Walaupun sulit, terasa berat, tidak tahan menunggu kepastiannya, namun tetaplah seperti itu, sabar dalam penantianmu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang terbaik bagimu.
Dalam cinta Allah berjanji yang sangat jelas:
"... dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." {QS. An Nuur : 26}

Terasa sulit memang. Hati itu terkadang begitu cepat berbolak balik. Terkadang ia kuat bagai benteng kokoh, tapi sering pula ia rapuh bak rumah kardus di bawah kolong jembatan. Di satu sisi kita senantiasa menginginkan tunduk pada perintah-perintah Allah, perintah menundukkan pandangan, perintah mengulurkan jilbab, perintah terus memperbaiki diri dari hari ke hari.

Namun, di sisi lain, iblis senantiasa bergerak dan bekerja untuk menggoda manusia. Sehingga terkadang dalam penantian panjang ini ada kalanya terselip pandangan yang belum halal, ada perkataan yang belum halal, ada usaha mencari perhatian yang belum halal.

Saat ini, di tengah malam ini mari kita tengok jendela-jendela yang terbuka. Di atas ribuan sajadah, bersimpuh wanita-wanita yang sedang merindu. Tetesan-tetesan air mata mereka terus membasahi bumi, air mata mujahidah yang sangat takut tergelincir kepada kemaksiatan. Berjuta sorotan mata yang hanya ditujukan kepada-Nya.
Dan engkau, apakah engkau termasuk bagian dari wanita bersimpuh itu, sabarlah. Benar, tidak mudah. Tapi tidak ada yang salah dengan janji-Nya. Janji-Nya adalah keniscayaan terindah, walau itu harus kau tebus dengan kesabaran yang berpeluh kesah. Janganlah lelah memuliakan dirimu. Bukan untuk dia, bukan untuk dirimu sendiri.

Tapi semata hanya untuk Rabbmu. Sungguh itu bagian dari tarbiyah dengan cara yang berbeda. Dan Maha Benar Allah, lelaki mulia itu akan datang atas nama kemuliaan pernikahan. Tanpa engkau perlu teriaki, dia telah mendengar dengan kesediaan tertinggi akan seruan lembut RabbNya, yang disampaikan kepada hamba terkasih dan utusan-Nya.

"Wahai para pemuda, barangsiapa telah mampu di antara kalian, hendaklah ia menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dari menjaga...." [HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa'i]

Lelaki yang senantiasa menjaga kehormatan itu pasti akan datang, lelaki yang setiap malam engkau tangisi itu pasti akan mengetuk pintu rumahmu, lelaki yang akan menjaga kehormatan yang senantiasa engkau jaga itu pasti akan menjemputmu dengan kesederhanaan dan senyuman terindah yang tertulus dari hatinya, lelaki yang akan menemanimu sholat di malam hari, menasihatimu di kala senang dan menghiburmu di kala sedih.

Ataukah lelaki itu masih engkau harapkan datang dari kemaksiatanmu kepada Allah dan lebih dicintai oleh iblis?

BELAJAR KEHIDUPAN DARI SEBUAH POHON TUA

Hidup ini adalah sebuah proses. Hadapilah dengan TEGAR!

Alkisah ada seorang anak yang baru lulus dari sekolah hendak pergi ke kota. Tujuan utamanya untuk mencari pekerjaan. Dan tentu saja merubah nasib. Dia hanya seorang anak petani biasa. Setiap hari dia selalu terbiasa dengan hidup yang sangat sederhana. Orang tuanya sudah terlalu tua untuk diandalkan. Akhirnya menjelang kepergiannya ke kota. Dia pun bertemu dengan bapaknya untuk meminta nasehat. ”Bapak, besok subuh anakmu ini mau berangkat mencari kerja ke kota. Kiranya bapak mengizinkan aku untuk pergi”. Bapak itu pun berkata,” Anakku, bapak tidak bisa membekalimu apa-apa? Tapi sebelum engkau pergi. Bapak mau menunjukkan sesuatu kepada kamu.” Si anak pun melihat bapaknya dengan penuh tanda tanya. ”Apakah itu, Bapak?”. Si Bapak tidak menjawab. Dia tersenyum dan berkata,”Mari ikut aku?”. Lalu dia pun berjalan. Diikuti oleh anaknya dari belakang dengan penuh tanda tanya.

Ternyata mereka pergi ke belakang halaman rumah. Disitu ada sebuah pohon tua yang sangat besar. Umurnya mungkin sudah ratusan tahun. Mereka pun sampai. Dan berdiri persis di depan pohon tua tersebut. Si bapakpun berkata,” Anakku coba kau perhatikan pohon tua ini?”. Si anak pun mulai memperhatikan pohon tua itu. Yang bisa dilihatnya hanya sebuah pohon tua tidak mempunyai arti. Batangnya pun sangat sulit dipeluk dengan mengandalkan seorang diri. Butuh tiga sampai lima orang. Pohon ini pun tidak tahu termasuk jenis tanaman apa? Yang dia tahu pohon ini sudah ada sejak dia masih kecil. Bisa jadi sebelum dia lahir. ” Bapak, aku tidak melihat yang istimewa dari pohon ini”. Jawab si anak. Si bapak pun secara perlahan-lahan mulai mendekati pohon itu lebih dekat lagi. Dan tangannya pun menyentuh akar pohon tersebut. Lalu dia pun berkata,” Pohon itu begitu kokoh berdiri sampai dengan sekarang. Padahal kita tidak pernah merawatnya. Diapun tumbuh secara alamiah. Ketika hujan dia pun menjadi basah. Kemaraupun pun dia menjadi kekeringan. Tapi lewat proses kehujanan dan kekeringan membuat dia menjadi kokoh dan kuat.”

Si bapak memandang wajah anaknya dengan penuh arti. Sambil melanjutkan perkataannya,” Setiap kali kamu menghadapi persoalan ketika kamu di kota. Ingatlah pohon ini? Dia bisa melewati semuanya dengan baik. Walaupun kamu mengalami persoalan besar sekalipun. Itu semua menjadikan kamu lebih kuat dan tegar. Tidak terhempas oleh angin yang besar. Andalkan Sang Pencipta untuk membantu hidupmu. Bila engkau hanya mengandalkan dirimu sendiri dan orang lain itu hanya bersifat sementara. Kamu lebih banyak kecewa. Tapi bila engkau mengandalkan Sang Pencipta kamu tidak pernah kecewa.” Si bapak pun mengakhiri percakapan dengan si anaknya. Si anakpun mulai mengerti. Bahwa di kota nanti dia harus siap menghadapi setiap kesulitan. Dan hanya mengandalkan Sang Pencipta dia pasti berhasil meraih impiannya.

Pembaca yang budiman

Dalam kehidupan kita zaman sekarang ini. Kita selalu teransang untuk mencapai kesuksesan secara cepat. Istilah kerennya secara instan. Tanpa mau bersusah payah. Padahal kita semua tahu bahwa ada satu hukum alam yang tidak mungkin kita hindari yaitu hukum proses. Coba ingat ketika kita masih bayi. Kita pun mulai dari belajar merangkak. Lewat proses jatuh bangun beberapa kali. Mungkin bisa juga ratusan kali. Kita baru bisa belajar berdiri. Setelah kedua kaki kita kokoh dan kuat. Barulah kita mulai melangkah. Mulai dari satu, dua, tiga sampai proses melangkah lancar. Barulah kita mulai bisa berjalan. Setelah kita lancar berjalan, maka kita berlari, memanjat, melompat dan semua aktivitas lainnya yang bisa kita lakukan. Apakah semuanya secara instan? Jawabnya pasti. TIDAK!. Semuanya lewat sebuah PROSES perjuangan.

Pertanyaan saya, bagaimana supaya kita bisa melewati proses kehidupan ini secara kuat dan kokoh? Tentu saja kita harus siap menghadapi setiap kesulitan yang datang. Bukan menghindarinya. Lihat saja batu karang yang keras. Bisa tembus lewat proses tetesan air secara terus menerus. Dengan diuji membuat mental kita menjadi kuat. Disinilah timbul kekuatan mental kita seperti keberanian, keuletan, kesetiaan, dll. Dan satu lagi yang membuat kita kuat adalah kita harus mempunyai MENTOR. Orang yang siap memberikan masukan bagi setiap kemajuan kita. Mentor yang paling setia adalah orang tua kita. Merekalah pendorong buat kita lebih maju. Kita pun bisa memilih mentor, orang yang sudah mempunyai prestasi dan reputasi dibidang yang kita geluti. Tidak hanya memberikan kritikan. Tapi dia juga mampu membimbing kita menjadi sukses. Dan tak lupa sang mentor sejati adalah Sang Pencipta sendiri. Kita harus selalu mendengarkan nasehatnya. Melalui doa secara rutin. Tak lupa kita bersyukur atas permberiannya setiap hari.

BERHENTILAH JADI GELAS

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnyabelakangan ini selalu tampak murung."Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuktersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sangmurid muda.
Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaangurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kataSang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum airasin."Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru."Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masihmeringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan."Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekattempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludahdi hadapan gurunya, begitu pikirnya."Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambilmencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggirdanau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, danmembawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingindan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanyakepadanya, "Bagaimana rasanya?""Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya denganpunggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumberair di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yangtersisa di mulutnya."Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?""Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air danmeminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas."Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalahdalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang haruskau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuaiuntuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurangdan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pundemikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yangbebas dari penderitaan dan masalah."Si murid terdiam, mendengarkan."Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangattergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itujadi sebesar danau."

BELAJAR DARI BURUNG DAN CACING

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena
himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat
pada burung dan cacing.

Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya
untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana
dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.
Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut
kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya,
tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya,
sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia
pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga
ia dan keluarganya harus "berpuasa". Meskipun burung
lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak
punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya
banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita
tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk
bunuh diri.


Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba
menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita
tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba
menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah
melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk
mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap
optimis akan rizki yang dijanjikan Allah.


Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap
berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari
benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada
diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu
waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu
waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah
dari burung, yaitu cacing.

Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak
mempunyai sarana yang layak untuk survive atau
bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan,
tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai
mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga
dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai
perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi
kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing
tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari
rizki. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang
membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan
dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki
manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan
ini seringkali kalah dari burung atau cacing?
Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri
menghadapi kesulitan yang dihadapi?
Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing
yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

BERFOKUS PADA KELEBIHAN DIRI

“Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu, ” kata seorang guru yang hari itu menjadi pembimbing retreat bagi anak-anak sekolah dasar.

Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.

Dengan setengah berakting, sang guru kemudian bersuara keras : “Ayo, tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya sobek lo.” Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.

Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara mereka menulis di atas kertas, “Kadang-kadang nurutin kata ibu. Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan.”

Penuh rasa penasaran, sang guru bertanya kepadanya : “Kenapa tulisnya kadang-kadang? “. Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata : “Emang cuma kadang-kadang, pak guru”

Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang guru kemudian melanjutkan instruksi berikutnya : “Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu.”

Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat tangan dan bertanya : “Tiga saja, pak guru?”. “Ya, tiga saja!” jawab pak guru. Anak tadi langsung menyambung : “Pak guru, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!”.

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita karena lingkungan dan orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita kejelekan dan kekurangan kita.

Baru-baru ini, saya dan istri saya menyaksikan di sebuah televisi swasta pertunjukkan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada orang buta yang begitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan dan wanita muda yang tuli dapat menari dengan begitu indahnya. “Luar biasa, dia bisa menari dengan penuh penghayatan. Yang membuat saya heran, dia kan tuli tapi kok bisa mengikuti irama lagu dengan sangat tepat?”, kata istri saya terkagum-kagum.

Seorang pria buta yang bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata, “Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia memberi saya semangat untuk bernyanyi.”

Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : “Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi kerap kali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak melihat pintu yang telah dibuka untuk kita.”

Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita.

JADILAH ORANG YANG KERAS KEPALA

Dua begawan Donald Trump dan Robert Kiyosaki sempat wanti-wanti, baik dalam kehidupan sehari-hari, bisnis, investasi, karya maupun bidang lainnya, kita mesti berpikir untuk menang, bukan sekedar tidak kalah. Terkait itu, saya sreg sekali dengan General Electric (GE) -perusahaan terbesar nomor dua di dunia. Berawal pada tahun 1876, mengandalkan kekuatan teknologinya, GE kemudian merambah peralatan rumah tangga, lampu listrik, finansial, mesin jet pesawat, pembangkit nuklir, dan lain-lain.

Lantaran seradak-seruduk di segala lahan, mulai dekade 1970-an GE menjelma menjadi raksasa gemuk yang tidak lincah dan boros. Untunglah, pada tahun 1981 GE dinahkodai figur luar biasa bernama Jack Welch. Dengan teriakan, "Fix, close, sell!" ia pun melego 200 anak perusahaannya dan mengakuisisi 1.700 perusahaan lainnya. Kriteria melego atau mengakuisisinya sederhana saja, menjadi nomor satu atau nomor dua di bidangnya. Apabila tidak, GE akan melupakan bidang tersebut. Istilah lainnya, memastikan menang, bukan sekedar tidak kalah.

Saat Jack masuk, nilai GE adalah US$ 14 miliar. Sewaktu ia keluar 20 tahun kemudian, nilainya meloncat setinggi US$ 130 miliar. Kalau boleh sombong, tidak ada seorang pun pemimpin bisnis di muka bumi ini yang sanggup melipatgandakan nilai seperti itu, selain dirinya. Akhir-akhir ini, GE dinilai sebesar setengah trilliun dolar dan tahun 2006 merek GE dihargai sebesar US$ 48.907 juta. Jadilah GE salah satu merek paling mahal di jagat ini. Dan ini semua berakar dari filosofi menang, bukan sekedar tidak kalah.

Di tanah air, sedikit-banyak Ciputra Group, Kem Chicks, dan Astra Internasional juga mengamalkan falsafah itu. Di segala medan, mereka bertarung untuk menang, bukan sekedar tidak kalah. Dan percaya atau tidak, pijakan utama untuk meraihnya adalah dengan menjadi orang yang keras kepala. Tentunya, dalam artian gigih, bukan ndableg asal-asalan. Tolong di-highlight itu. Sayangnya, selama ini Indonesia lebih dikenal sebagai bangsa yang ramah, bukan bangsa yang gigih. Kalau Jepang dan Korea, barulah disebut-sebut sebagai bangsa yang gigih.

Catatlah, baik Ciputra, Bob Sadino, maupun William Soerjadjaja juga pernah pailit bahkan terbelit utang. Tidak terkecuali. Setidak-tidaknya pada periode-periode tertentu. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak kepikir untuk balik kampung. Alih-alih begitu, mereka malah terus maju. Kini, mereka adalah ikon di jalurnya masing-masing.

Seorang ekonom asal Bangladesh -Muhammad Yunus- akan menunjukkan kepada kita semua apa yang dimaksud dengan gigih. Obsesinya ketika itu adalah bagaimana bank-bank setempat dapat menyalurkan dan mengulurkan kredit kepada warga yang sangat miskin. Bayangkan saja, banyak di antara mereka mengharapkan pinjaman berkisar 12.000 rupiah.

Ide yang sangat mulia ini sempat ia sodorkan ke mana-mana, namun ternyata semua pihak cuma menggelengkan kepala. Sepintar apapun ia berargumen, tetap saja bankir dan pejabat pemerintah berdalih, "Orang melarat tidak layak dikucur kredit." Untunglah, ia termasuk orang yang gigih. Ia tanggalkan dan tinggalkan cara pandang seekor burung. Alih-alih begitu, ia malah mengenakan cara pandang seekor cacing, di mana ia berusaha mengetahui apa yang terhampar tepat di depan mata. Dengan mengendusnya. Dengan menyentuhnya.

Mulanya, ia hanya menjadi semacam penjamin bagi warga yang sangat miskin. Lama-kelamaan, ia malah merintis banknya sendiri -tentu saja sesuai dengan konsep yang ia cita-citakan sedari awal. Namanya Grameen Bank. Tanpa diduga-duga, kini bank itu berhasil menangani 46.000 desa di Bangladesh melalui lebih dari 1.200 cabang. Atas jasanya yang tidak mengenal lelah tersebut, ia pun dianugerahi Nobel Perdamaian. Itulah buah dari kegigihan.

JANGAN PERNAH BERHENTI

Sejumlah sejarahwan yakin, bahwa pidato Winston Churchill yang paling berpengaruh adalah ketika beliau berpidato di wisuda Universitas Oxford. Churchill mempersiapkan pidato ini selama berjam-jam. Dan ketika saat pidatonya tiba, Churchill hanya mengucapkan tiga kata : ‘never give up’ (jangan pernah berhenti).

Sejenak saya merasa ini biasa-biasa saja. Tetapi ketika ada orang yang bertanya ke saya, bagaimana saya bisa berpresentasi di depan publik dengan cara yang demikian menguasai, saya teringat lagi pidato Churchill ini.

Banyak orang berfikir kalau saya bisa berbicara di depan publik seperti sekarang sudah sejak awal. Tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, saya adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder.

Dan ketika memulai profesi pembicara publik, sering sekali saya dihina, dilecehkan dan direndahkan orang. Dari lafal ‘T’ yang tidak pernah lempeng, kaki seperti cacing kepanasan, tidak bisa membuat orang tertawa, pembicaraan yang terlalu teoritis, istilah-istilah canggih yang tidak perlu, serta segudang kelemahan lainnya.

Tidak bisa tidur beberapa minggu, stress atau jatuh sakit, itu sudah biasa. Pernah bahkan oleh murid dianjurkan agar saya dipecat saja menjadi dosen di tempat saya mengajar.

Pengalaman serupa juga pernah dialami oleh banyak agen asuransi jempolan. Ditolak, dibanting pintu, dihina, dicurigai orang, sampai dengan dilecehkan mungkin sudah kebal. Pejuang kemanusiaan seperti Nelson Mandela dan Kim Dae Jung juga demikian. Tabungan kesulitan yang mereka miliki demikian menggunung. Dari dipenjara,hampir dibunuh, disiksa, dikencingin, tetapi toh tidak berhenti berjuang.

Apa yang ada di balik semua pengalaman ini, rupanya di balik sikap ulet untuk tidak pernah berhenti ini, sering bersembunyi banyak kesempurnaan hidup. Mirip dengan air yang menetesi batu yang sama berulang-ulang, hanya karena sikap tidak pernah berhentilah yang membuat batu berlobang.

Besi hanya menjadi pisau setelah ditempa palu besar berulang-ulang, dan dibakar api panas ratusan derajat celsius. Pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun, berhasil melewati ribuan angin ribut, jutaan hujan, dan berbagai godaan yang meruntuhkan.

Di satu kesempatan di awal Juni 1999, sambil menemani istri dan anak-anak, saya sempat makan malam di salah satu restoran di depan hotel Hyatt Sanur Bali. Yang membuat kejadian ini demikian terkenang, karena di restoran ini saya dan istri bertemu dengan seorang penyanyi penghibur yang demikian menghibur.

Pria dengan wajah biasa-biasa ini, hanya memainkan musik dan bernyanyi seorang diri. Modalnya, hanya sebuah gitar dan sebuah organ. Akan tetapi, ramuan musik yang dihasilkan demikian mengagumkan. Saya dan istri telah masuk banyak restoran dan kafe. Namun, ramuan musik yang dihadirkan penyanyi dan pemusik solo ini demikian menyentuh. Hampir setiap lagu yang ia nyanyikan mengundang kagum saya, istri dan banyak turis lainnya. Rasanya susah sekali melupakan kenangan manis bersama
penyanyi ini. Sejumlah uang tip serta ucapan terimakasih saya yang dalam, tampaknya belum cukup untuk membayar keterhiburan saya dan istri.

Di satu kesempatan menginap di salah satu guest house Caltex Pacific Indonesia di Pekan Baru, sekali lagi saya bertemu seorang manusia mengagumkan. House boy (baca : pembantu) yang bertanggungjawab terhadap guest house yang saya tempati demikian menyentuh hati saya. Setiap gerakan kerjanya dilakukan sambil bersiul. Atau setidaknya sambil bergembira dan tersenyum kecil. Hampir semua hal yang ada di kepala, tanpa perlu diterjemahkan ke dalam perintah, ia laksanakan dengan sempurna. Purwanto, demikian nama pegawai kecil ini, melakoni profesinya dengan tanpa keluhan.

Bedanya penyanyi Sanur di atas serta Purwanto dengan manusia kebanyakan, semakin lama dan semakin rutinnya pekerjaan dilakukan, ia tidak diikuti oleh kebosanan yang kemudian disertai oleh keinginan untuk berhenti.

Ketika timbul rasa bosan dalam mengajar, ada godaan politicking kotor di kantor yang diikuti keinginan ego untuk berhenti, atau jenuh menulis, saya malu dengan penyanyi Sanur dan house boy di atas. Di tengah demikian menyesakkannya rutinitas, demikian monotonnya kehidupan, kedua orang di atas, seakan-akan faham betul dengan pidato Winston Churchill : “never give up.”

Anda boleh mengagumi tulisan ini, atau juga mengagumi saya, tetapi Anda sebenarnya lebih layak kagum pada penyanyi Sanur dan house boy di atas. Tanpa banyak teori, tanpa perlu menulis, tanpa perlu menggurui, mereka sedang melaksanakan profesinya dengan prinsip sederhana : “jangan pernah berhenti.”

Saya kerap merasa rendah dan hina di depan manusia seperti penyanyi dan pembantu di atas. Bayangkan, sebagai konsultan, pembicara publik dan direktur sebuah perusahaan swasta, tentu saja saya berada pada status sosial yang lebih tinggi dan berpenghasilan lebih besar dibandingkan mereka. Akan tetapi, mereka memiliki mental “never give up” yang lebih mengagumkan.

Kadang saya sempat berfikir, jangan-jangan tingkatan sosial dan penghasilan yang lebih tinggi, tidak membuat mental “never give up” semakin kuat.

Kalau ini benar, orang-orang bawah seperti pembantu, pedagang bakso, satpam, supir, penyanyi rendahan, dan tukang kebunlah guru-guru sejati kita.

Jangan-jangan pidato inspiratif Winston Churchill - sebagaimana dikutip di awal - justru diperoleh dari guru-guru terakhir.

KEYAKINAN YANG MEMBAWA HASIL

Untuk menggapai kesuksesan dalam suatu usaha dibutuhkan satu sikap yang sangat penting, yaitu keyakinan terhadap apa yang kita lakukan atau kita jalani. Demikian juga sebagai networker, apabila kita sendiri tidak yakin dengan perusahaan tempat kita bergabung, maka tidak seorang pun yang dapat kita yakini.

Sebagai contoh, apabila anda adalah seorang laki-laki, kemudian ada seorang yang berkata kepada anda bahwa anda itu adalah wanita. Tentu dengan lantang anda akan berkata saya laki-laki. Kemudian ada 10 orang yang mengatakan bahwa anda wanita, dengan tegas anda menjawab bahwa anda laki-laki. Bagaimana kalau yang mengatakan hal tersebut 100 orang bahkan 1.000 orang? Anda tidak perlu pulang ke rumah, masuk ke kamar kecil dan memeriksa apakah sebenarnya anda itu laki-laki atau wanita. Karena sudah pasti anda itu laki-laki. Demikianlah sikap yang harus anda miliki sebagai networker.

Situasi yang dihadapi oleh para networker dapat dianalogikan dengan situasi dimana pada suatu waktu semua orang percaya bahwa bumi adalah pusat dari tata surya dan bentuknya adalah datar. Pada saat ilmuwan Nicolas Copernicus mengatakan bahwa matahari adalah pusat dari tata surya dan Christopher Columbus berusaha meyakinkan orang bahwa bumi adalah bulat. Reaksi masyarakat pada waktu itu adalah mengatakan kedua orang ini adalah orang gila. Tapi hal ini tidak menyurutkan keyakinan mereka.

Demikian juga dengan apa yang sering kita alami, karena bisnis jaringan seperti membalikkan paradigma yang sudah ada saat ini, bahwa bisnis itu harus bermodal besar, kalau dibawah Rp100juta, tidak akan dipandang. Harus ada karyawannya, ada kantornya dan lain sebagainya. Orang masih curiga terhadap bisnis jaringan dan tidak percaya bahwa dia bisa berhasil serta mensejahterakan orang lain.

Akan sangat susah bagi anda untuk melawan arus tersebut apalagi kalau keyakinan yang anda miliki tidak besar.

Banyak sekali fasilitas yang kita miliki saat ini lahir dari suatu keyakinan besar untuk melawan arus :
* Anda tidak bisa berpergian dengan nyaman dan cepat dengan pesawat terbang seandainya Wright bersaudara tidak tahan terhadap cemoohan orang mengenai logam yang berat jenisnya lebih besar dari udara dapat melayang. * Anda tidak bisa berkomunikasi dengan nyaman lewat telepon seandainya Alexander Graham Bell tidak tahan terhadap cemoohan orang bahwa mana mungkin bisa mengantar suara orang lewat udara.

Jadi, bila anda mau berhasil, tingkatkanlah keyakinan anda, ambil kamus dan hilangkan kata tidak mungkin (impossible) dari dalam kamus atau benak anda. Never give up & Raise Yourself To Help Mankind.

MARI BELAJAR PADA BERUANG

Mari Belajar Pada Beruang

SEEKOR beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."

"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.

"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.

"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.

"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops!" teriak sang ikan, nyaris tersedak.

Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap : "Ohhh....Andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu...?"

Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita. Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan; di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; dan dalam kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita.

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.

RENUNGAN HIDUP

Renungan Hidup

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!
Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.
Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.
Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.
Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid
Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.
Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saatterakhir untuk event yangmenyenangkan.
Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.
Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.
Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

Selasa, 06 April 2010

SIKSA KUBUR ITU ADA


Sebenarnya Hadits telah menceritakan bahwa memang ada siksa kubur, cuma kita tidak pernah tahu kejadian setelah mati. Di photo ini adalah mayat seorang pemuda berusia 18 tahun yang digali kembali dari kuburnya setelah 3 jam di makamkan yang di saksikan oleh ayahnya.
Pemuda tersebut meninggal dirumah sakit di Oman dan setelah di mandikan di makamkan secara islam di hari itu juga Tetapi setelah pemakaman ayahnya merasa ragu atas diagnosa dokter dan menginginkan untuk di identifikasi kebenaran penyebab kematianya.
Seluruh kerabat dan teman - temannya begitu terkejut saat mereka melihat kondisi mayat . Mayat tsb begitu berbeda dalam 3 jam. dia berubah tampak ke abu - abuan seperti orang yang sudah tua . Dengan tampak jelas bekas siksaan dan pukulan yang amat keras dan dengan tulang - tulang kaki dan tangan yang hancur begitu juga ujung ujungnya sehingga menekan kebadanya.
Seluruh badan dan mukanya memar. Matanya yang terbuka memerlihatkan ketakutan, kesakitan dan keputusasaan. Darah yang begitu jelas menandakan bahwa pemuda tersebut sedang mendapatkan siksaan yang amat berat.
Kalau dilihat lihat, ketampanan atau kecantikan sudah tidak menjadi hal yg utama lagi di saat kita sudah di alam kubur, harta, kekuasaan juga tidak dapat menolong kita menghadapi siksa kubur, Hanyalah amalan kitalah yg dapat memberikan manfaat saat kita di alam kubur nanti ... Tentunya amalan yg sesuai tuntunan Al Qur'an dan Hadits.

NB : Satuan waktu dunia dan alam akherat itu berbeda, Ukuran waktu di neraka jahanam adalah afqo', dgn perbandingan : 1 afqo = 80 tahun akherat = 3 juta tahun dunia. Sekali masuk neraka jahanam yang ber afqo afqo itu berarti lebih dari 3 juta tahun di siksa non stop tanpa istirahat, makan dan minuman.

Kamis, 01 April 2010

PERBEDAAN ANTARA AGAMA ISLAM DAN AGAMA SYI'AH

Berikut ini adalah perbedaan yang sangat menonjol antara agama islam dengan agama syi’ah, yang dengannya mudah-mudahan kaum muslimin dapat mengetahui hakekat sebenarnya ajaran agama syi’ah.
1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah.1. Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari. [Majmu' Fatawa, 4/435]
2. Rukun Islam menurut agama Islam:1. Dua Syahadat2. Sholat3. Puasa4. Zakat5. Haji[HR Muslim no. 1 dari Ibnu Umar]
2. Rukun Islam ala agama Syi’ah:1. Sholat2. Puasa3. Zakat4. Haji5. Wilayah/Kekuasaan[Lihat Al Kafi Fil Ushul 2/18]
3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara, yaitu:1. Iman Kepada Allah2. Iman Kepada Malaikat3. Iman Kepada Kitab-Kitab4. Iman Kepada Para Rasul5. Iman Kepada hari qiamat6. Iman Kepada Qadha Qadar.3. Rukun Iman ala Agama Syi’ah ada 5 Perkara, yaitu:1. Tauhid2. Kenabian3. Imamah4. Keadilan5. Qiamat
4. Kitab suci umat Islam Al Qur’an yang berjumlah 6666 ayat (menurut pendapat yang masyhur).4. Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000 ayat (lebih banyak tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634]
5. Adzan menurut Agama Islam:(Allōhu akbar) 4 kali(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali(Hayya ‘alal falāh) 2 kali(Allōhu akbar) 2 kali(Lā ilāha illallōh) 2 kali5. Adzan Ala Agama Syi’ah:(Allōhu akbar) 4 kali(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali(Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali(Hayya ‘alal falāh) 2 kali(Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali(Allōhu akbar) 2 kali(Lā ilāha illallōh) 2 kali
6. Islam meyakini bahwa sholat diwajibkan pada 5 waktu.6. Agama Syi’ah meyakini bahwa sholat diwajibkan hanya pada 3 waktu saja.
7. Islam meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya wajib. [QS Al Jumu'ah:9]7. Agama Syi’ah meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya tidak wajib.
8. Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum oleh Allah. [QS At Taubah:100]8. Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari. [Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]
9. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.9. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala quraisy yang terlaknat. [Ajma'ul Fadha'ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].
10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.10. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama yang sah.11. Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib
12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al ‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah 12. Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.
Perhatian: Semua yang kami sampaikan ini bersumberkan dari kitab-kitab yang mereka jadikan rujukan dan sebagiannya dari situs resmi mereka.