Rabu, 17 November 2010

BIOTEKNOLOGI PERIKANAN


Bioteknologi Perikanan

Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi kepentingan manusia. Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme. Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu organisme ke organisme lain.

Ciri utama bioteknologi adalah :

v adanya benda biologi berupa mikroba, tumbuhan atau hewan;

v adanya pendayagunaan secara teknologi dan industri; dan

v produk yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.

Bioteknologi telah berkembang pesat, terutama dalam bidang kedokteran, pengelolaan lingkungan, produksi pangan dan pertanian. Dalam bidang kedokteran, bioteknologi telah mengembangkan obat-obatan berbasis bioteknologi Insulin yang dihasilkan secara bioteknologi sudah terbukti dapat mengobati diabetes; hormon pertumbuhan yang diproduksi dengan menggunakan bioteknologi ternyata mampu menyembuhkan gangguan pertumbuhan serta mempercepat penyembuhan luka; juga telah berhasil dikembangkan vaksin pencegahan penyakit hepatitis B. Saat ini dapat mengatasi penyakit dengan melakukan pengubahan terhadap susunan gen-gen yang termutasi. Produksi hormon insulin untuk pengidap diabetes mellitus juga adanya pra-Implantasi Genetik Diagnosis yang memungkinkan stem cells memproduksi sel-sel yang dibutuhkan. Contohnya kasus Molly, gadis berusia 6 tahun yang merupakan anak tunggal dan orang tuanya menginginkan cara yang benar-benar aman untuk menghindarkan putrinya dari penyakit leukimia. Dengan metode ini akhirnya memacu sumsum tulang belakang untuk menghasilkan sel darah.

I. Memahami Bioteknologi

Bioteknologi juga berperan dalam pengadaan pangan. Telah berhasil dikembangkan bioaktif yang berperan dalam proses pengawetan dan pengolahan sehingga diperoleh pangan lebih banyak dan berkualitas. Telah dikembangkan bioteknologi seperti kloning (yang terkenal adalah domba Dolly), inseminasi buatan (peternakan sapi di Lembang sudah menggunakannya), fertilisasi in vitro (telah berkembang pesat dan berhasil dilakukan riset pada kelinci, mencit, sapi, babi, domba, sampai manusia), splitting (yang mampu menghasilkan anak kembar identik pada domba, sapi, babi, dan kuda, dan masih banyak lagi).

Dalam bidang pertanian, bioteknologi berhasil meningkatkan tampilan buah dan sayuran, memperpanjang masa simpan produk pangan, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman serta tanaman yang tahan penyakit dan hama. Di masa mendatang, para ahli bioteknologi berharap mampu menghasilkan tanaman yang tahan terhadap kondisi buruk iklim seperti kering, panas tinggi ataupun dingin, sehingga menjadikan petani dapat memanfaatkan tanah yang sebelumnya jarang diusahakan. Teknik perbanyakan mikro – di mana tanaman ditumbuhkan dari satu sel atau bagian tanaman – telah dipakai di banyak rumah penyemaian tanaman untuk menghasilkan tanaman yang identik dalam waktu cepat. Modifikasi genetik pada tanaman hias membuka jalan bagi dihasilkannya warna-warna yang tidak biasa, sehingga meningkatkan nilai varietas dan komersialnya

Perkembangan bioteknologi dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

  1. era bioteknologi generasi pertama. Bioteknologi sederhana. Penggunaan mikroba masih secara tradisional, dalam produksi dan pengawetan pangan. Contoh: pembuatan tempe, tape, cuka, dan lain-lain. Kelemahan bioteknologi generasi pertama adalah lambat, kurang terkendali, dan produk akhir tidak selalu sama;
  2. era bioteknologi generasi kedua. Proses berlangsung dalam keadaan tidak steril. Contoh :
  • produksi bahan kimia: aseton, asam sitrat
  • pengolahan air limbah
  • pembuatan kompos;
  1. era bioteknologi generasi ketiga. Proses dalam kondisi steril. Contoh: produksi antibiotik dan hormon; dan
  2. era bioteknologi generasi baru = bioteknologi baru. Contoh: produksi insulin, interferon.

II. Bioteknologi Perikanan

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan. Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.

Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya.
Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.

Ketahanan pangan merupakan isu global yang sekarang sedang ramai dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033 populasi manusia di dunia akan mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adal di benua Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan penduduk Asia akan melampaui persediaan yang ada.

Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga kali lipat dari periode sebelumnya.

Tabel 1. Negara dengan Jumlah Penduduk Terbesar :

  • China 1.332.451.196
  • India 1.153.207.176
  • USA 304.596.396
  • Indonesia 238.315.176
  • Brazil 197.036.192

Pada tahun 1995, produk hasil perikanan dunia sudah mendekati 120 juta ton per tahun (FAO, 1997). Dari produksi tersebut, 20 persennya berasal dari hasil budidaya (Gambar 1). Sementara produk perikanan Negara Indonesia telah mencapai 6.5 juta ton

atau sekitar 5 persen (Gambar 2).

Sumber : Food and Agric ul tu re Organ ization of the United Nati ons (FAO), The State of World Fisheries
an d Aquaculture, 1996 (FAO, Rome, 1997),





Gambar 1. Produksi Ikan dan kerang dunia
















Gambar 2. Rata-rata tahunan hasil perikanan tangkap dan produksi total perikanan budidaya di Indonesia tahun 1984-1999.
Sumber : http://www.kamusilmiah.com/pangan/saatnya-indonesia-menerapkan-budidaya-ikan-ramah-lingkungan-1/


Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah kemampuan mengolahnya. Sekitar 20-25 persen produk perikanan tidak dapat dimanfaatkan karena tidak diolah atau mengalami pembusukan. Ini berarti satu juta ton ikan terbuang percuma.

Beberapa kendala dialami oleh pengusaha pengolah hasil perikanan untuk menekan persentase ikan yang tidak dapat dimanfaatkan. Kendala tersebut mulai dari kondisi bahan baku, teknologi pengolahan, sumberdaya manusia dan tingkat konsumsi ikan.

Bioteknologi pengolahan hasil perikanan (BPHP) merupakan cabang dari bioteknologi pangan yang sudah lama diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengolah hasil perikanan. Beberapa produk yang telah dihasilkan masyarakat melalui penerapan bioteknologi antara lain peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase. Meskipun mereka tidak memahami prinsip ilmiah yang mendasarinya, para pengolah ikan telah memanfaatkan bioteknologi selama berabad-abad untuk membuat pangan berbahan baku ikan.

Secara garis besarnya BPHP adalah salah satu teknologi untuk mengolah hasil perikanan menggunakan jasa mahluk hidup, yaitu mikroba. Salah satu sifat mikroba yang menjadi dasar penggunaan BPHP adalah kemampuannya merombak senyawa kompleks menjadi senyawa lebih sederhana, sehingga dihasilkan pangan berbentuk padat, semi padat dan cair.

Mikroba memiliki kemampuan merombak senyawa kompleks (protein, lemak dan karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino, asam lemak dan glukosa). Perombakan demikian telah merombak hasil perikanan menjadi pangan yang aman dikonsumsi manusia. Apabila tidak segera dihentikan, mikroba akan merombak senyawa sederhana tersebut menjadi ammonia, hidrogen sulfida, keton dan alkohol. Perubahan tersebut menjadikan pangan tersebut tidak layak lagi dikonsumsi.

Ø Teknik bioproses atau teknik biokimia (Bahasa Inggris: biochemical engineering) adalah cabang ilmu dari teknik kimia yang berhubungan dengan perancangan dan konstruksi proses produksi yang melibatkan agen biologi. Agensia biologis dapat berupa mikroorganisme atau enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya berupa bakteri, khamir, atau kapang. Teknik bioproses biasanya diajarkan sebagai suplemen teknik kimia karena persamaan mendasar yang dimiliki keduanya. Kesamaan ini meliputi ilmu dasar keduanya dan teknik penyelesaian masalah yang digunakan kedua jurusan. Aplikasi dari teknik bioproses dijumpai pada industri obat-obatan, bioteknologi, dan industri pengolahan air.

Ø Pembuatan Ikan Pindang

A. Memilih Bahan Baku (Ikan) yang Segar

Hampir semua jenis ikan dapat pindang. Pada umumnya jenis-jenis ikan yang
dapat di pindang antara lain ikan kembung, ikan layang, tongkol dan
lemuru. Untuk bahan baku pengolahan ikan pindang diusahakan ikan yang masih dalam keadaan segar sehingga ikan pindang yang dihasilkan padat, utuh dan bagus
penampakannya.

B. Prinsip Pemindangan

Pemindangan merupakan penggaraman yang disertai dengan perebusan.Prinsip

pemindangan adalah sebagai berikut :

  • Pemanasan : dengan suhu tinggi,sebagaian besar bakteri akan mati
    begitu juga dengan kegiatan enzim yang berhanti
  • Penggaraman : pemberian garam akan mematikan bakteri atau menghambat
    kegiatan bakteri karena garam merupakan racun bagi bakteri
    3.Pengurangan kadar air : pada proses perebusan / pemanasan akan terjadi
    pengurangan kadar air dari tubuh ikan.Di samping itu, pengurangan kadar air juga terjadi akibat adanya garam, karena garam bersifat menarik air dari jaringan tubuh ikan

C. Cara Pemindangan

  • Pindang garam : adalah suatu cara pemindangan dimana ikan
    dilumuri garam atau disusun berlapis lapis diselingi garam dalam wadah
    yang kedap air (dapat menampung air), seperti paso / pendil, wajan, panci
    dll kemudian direbus.
  • Pindang air garam: adalah suatu cara pemindangan dimana ikan
    yang telah digarami disusun dalam wadah yang tidak kedap air, seperti
    besek / naya, kemudian direbus dalam larutan garam pekat / jenuh
    3.Pindang duri lunak (presto) : adalah suatu cara pemindangan
    dimana ikan yang telah digarami dimasak dengan menggunkan wadah / panci
    bertekanan (Pressure Cooker)

D. Membuat Ikan Pindang

Bahan yang diperlukan :

- Ikan segar (kembung, laying, dll) = 10 Kg

- Garam 25% = 4 Kg

- Merang / daun pisang secukupnya

- Minyak tanah / kayu bakar

Alat :

- Timbangan

- Kompor / tungku

- Pendil

- Pan / plastic

- Pisau

Cara pengolahan :

  • Ikan disiangi (dibuang isi perut dan insangnya) atau dapat juga
    tanpa disiangi untuk ikan kecil-kecil. Bila ikannya besar, bisa
    dipotong-potong menurut kebutuhan, kemudian ikan dicuci hingga bersih
    untuk menghilangkan lendir dan sisa-sisa darah yang menempel
  • Ikan / potongan tersebut dilumuri garam ( bila garamnya agak
    kasar,ditumbuk atau dihaluskan), jumlah garam yang dibutuhkan
    berbeda-beda menurut keperluannnya yaitu antara 5% – 40% dari bobot ikan,garam ini tidak dipakai sekaligus melainkan disisakan sebagian untuk digunakan setelah perebusan pertama
  • Kemudian ikan diatur / disusun dalam pendil / panci, dimana
    sebelumnya pada bagian dasar pendil diberi semacam sarangan penyangga
    yang biasanya terbuat dari merang.
  • Ada juga yang memakai daun pisang kering. Setelah penuh, pendil/
    panci diisi air tawar secukupnya sampai ikan terendam
  • Pendil dipanasi sampai mendidih dan dilanjutkan sampai matang,
    sebagai petunjuk bahwa ikan telah matang adalah apabila daging dekat ekor dan kepala sudah retak-retak
  • Setelah perebusan dianggap selesai,sisa air dikeluarkan melalui
    dasar pendil yang sengaja dibuat untuk tujuan tersebut
  • Kemudian dilanjutkan dengan menaburi garam (di bagian paling atas
    dari ikan) dan ditambahi dengan sedikit air. Pemasakan dilanjutkan hingga kira-kira setengah jam sampai air habis
  • Setelah pemasakan selesai pendil tersebut dibungkus dengan daun
    jati dan siap dipasarkan

http://eafrianto.wordpress.com/2009/12/01/bioteknologi-perikanan/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar